Risalah dan Bukan Risalah


Ngobrol Berisik Komunitas Kreatif

Jika ada yang bertanya, Apa yang menjadi ciri utama sektor industri kreatif? Maka jawaban yang  mewakili semua ciri yang melekat padanya adalah Ide/gagasan. 

Saya mengamini apa yang dikemukakan oleh Fiki Satari dari ICCN soal ide atau gagasan sebagai pilar utama industri kreatif,  bahkan menjadi penegasan dirinya saat berkesempatan untuk meladeni sharing gagasan dan pengalaman dengan  komunitas kreatif dan pelaku industri kreatif yang ada di Kendari (yang memfasilitasi acara ini adalah Kendari Kreatif). 

Pengakuan ini juga terkait dengan apa yang menjadi pengalaman sebelumnya, beberapa pekan yang lalu, Anis Baswedan dalam sebuah Talkshow mengemukakan pentingnya merubah mindset kita soal kerja dan hasil kerja. Kita tidak boleh mengabaikan pentingnya untuk menyusun pekerjaan dengan bermula dari penggalian Gagasan, lalu menyampaikan Narasi dan hingga Menunjukkan Karya. 

Kita selama ini melakukannya, hanya saja belum menyadarinya. Setidak-tidaknya itu yang saya alami dan rasakan. Pentingnya Gagasan, narasi dan karya. Ada landasan filosofis, historis dan sosiologis sebagai pijakan. Meminjam istilahnya Bang Adnin "story tellingnya dapat".

Industri kreatif adalah sebuah sumber daya yang terbarukan, tak akan ada batas penghabisan, sebab modal utamanya untuk melakukan penciptaan adalah penggunaan pengetahuan dan informasi. Selalu bisa dikemas ulang oleh millenial dan PostMillenial, yang  konsumennya adalah segala aspek kehidupan bermasyarakat, terpakai pada segala ruang. Produksi, transaksi dan konsumsi di masa depan adalah industri kreatif. 

Menurut pengamatan saya, yang bergiat di dalam ranah industri kreatif juga melakukan produksi bahasa, kebanyakan berupa terminologi. Hal ini juga sebagai dampak dari gerakan pemberdayaan mendorong sebuah narasi sejarahnya sendiri. Menciptakan dan mempopulerkan istilah yang diserap dari bahasa asing. Seolah lebih layak jual gerakan dan produknya jika disematkan bahasa yang tak umum pada publik.  Kata adalah senjata. 

Sebagai orang yang baru bergerak dan bergelut dalam interaksi industri kreatif ini, saya bahkan harus jujur untuk mengatakan, ada banyak kosakata dan daftar istilah yang saya baru dapatkan dan temui. Industri kreatif mengangkat dirinya pada level yang saling bertaut, yang sinerginya telah melampaui batas batas teritorial. Istilah kerennya borderless. Sepertinya, Ia melampaui masa lalunya. 

Lalu bagaimana dengan komunitas kreatif? Menurut saya, semangat utama dari komunitas kreatif adalah kegotongroyongan (sebenarnya, ada istilah keren yang dikemukakan oleh Fiki Satari, sayangnya saya lupa🤩). Komunitas melahirkan volunteerism, ada relawan yang menyokong kehidupan sebuah komunitas. 

Relawan inilah yang kemudian secara bergotongroyong mewujudkannya, entah itu agenda sosial ataupun kerja-kerja kreatif yang berorientasi profit. Pada komunitas, sosial ataupun profit tentu saja dikembalikan lagi pada kepentingan masing-masing yang berkecimpung dalam satu komunitas. 

Tantangan terbesar sebuah komunitas adalah konsistensi. Ada komunitas yang harus layu sebelum berkembang bahkan ada yang mati sebelum ajal, karena ketiadaan konsistensi orang orang yang berkecimpung di dalamnya.  

Kolaborasi dan sinergi antar komunitas merupakan kekuatan yang kuat jika ini bisa diwujudkan. Saling mengisi ruang yang kosong. Di atas segalanya, yang menjadi prasyarat adalah pertautan gagasan itu bisa diwujudkan jika memiliki kesamaan visi dan kepentingan. 

Ketika ditanya, apa yang muncul di pikiran Anda untuk menjelaskan Kendari dan komunitas kreatifnya dengan 1 kata atau 1 frasa, saya tertarik dengan respon dari salah satu peserta, Ia menyebutnya MoLuLo (Modern, Luwes dan Logis). Tentu ini adalah sebuah Klaim yang disandarkan pada pengalamannya secara personal ataupun kolektivitas pada komunitasnya. 

Sebagai klaim yang diajukan, saya mengapresiasi pencapaian pikiran dan orientasi untuk mewujudkannya. Industri dan Komunitas Kreatif sebagai bagian dari modernitas yang tak bisa dielakkan, ia adalah jawaban dari perkembangan jaman. Luwes adalah upaya untuk bertindak, berperilaku terbuka atau tidak kaku. Logis sebagai interpretasi dari eksistensi manusia yang berpikir terhadap sesuatu hal untuk dapat diterima.  Molulo adalah kebudayaan yang memiliki akar yang kuat, ia ada dan menjadi kebanggaan kultural. 

Tentu ada dan beragam klaim lainnya, yang disampaikan oleh beberapa peserta. Bahkan, ketika tiba pada giliran saya untuk merespon, sebagai orang dan anggota komunitas penerbit (penerbitan salah satu dari 16 sektor ekonomi kreatif versi bekraf), saya menyampaikan perihal kesunyian di medan peperangan. 

Kesunyian karena minimnya penerbit dan publikasi karya penulis asal Kota Kendari. Medan peperangan karena massifnya serangan informasi/bacaan berupa buku yang datang dari luar, bahkan jika harus menyebutnya "Jawa", Hegemoninya selalu berhasil untuk membuat Kendari sebagai  konsumen wacana dan informasi yang ditawarkannya. Lagi-lagi ini hanya sebatas klaim🤣.

Rumah Bunyi

27/08/2019

COMMENTS

"BELAJAR ITU SEUMUR HIDUP"
Banner99
Nama

--V,2,Ahmad Muthahier,1,Amrul Nasir,1,Andhika Mappasomba,5,Aprinus Salam,1,Azizaturahmi Madil,1,Bahasa,1,Bicara Buku,6,bookstore,1,buku,1,Celoteh,15,Cerpen,9,Citizenship,1,Citra Deviyanti,1,Cucum Cantini,2,Dwi Novita Rahayu,1,Essai,13,Ettanya Ain,12,Faika Burhan,1,Inspiratif,1,Iphy Nerazzurri,1,Irhyl Makkatutu,1,Ismail Fathar Makka,1,Iwan Djibran,1,Kendari,2,La Hingke,1,La Ode Gusman Nasiru,1,Lailatul Qadriani,6,Literasi,1,Muhammad Agung,2,Muhammad Yusuf Abdan,1,Novel,2,Nurul Mutmainnah,1,Pendidikan,2,Penerbitan,2,Puisi,5,Raya Pilbi,2,Reportase,13,Resensi Buku,1,Review,5,Ridwan Demmatadju,1,Salim Kramat Alverenzo,1,sastra,1,Sinopsis,1,SOGI,1,Sosial Budaya,1,sosial politik,2,Terbitan,19,Yusuf IW,1,
ltr
item
Rumah Bunyi : Risalah dan Bukan Risalah
Risalah dan Bukan Risalah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNaFwqzwSQcxDhSdvoUwVDMmRdTque_SHdmVfscX07UzAcUEH_1plCBeIhQ4XnjrsqHYUKIDe1tPXw-QrkyH65t5Dmdeizg2fEHbbF_RXGBf6pMhYMX8hcQUV5Y-hWNyIecYdmYrdGiMY/s320/FB_IMG_1566808027023.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNaFwqzwSQcxDhSdvoUwVDMmRdTque_SHdmVfscX07UzAcUEH_1plCBeIhQ4XnjrsqHYUKIDe1tPXw-QrkyH65t5Dmdeizg2fEHbbF_RXGBf6pMhYMX8hcQUV5Y-hWNyIecYdmYrdGiMY/s72-c/FB_IMG_1566808027023.jpg
Rumah Bunyi
https://www.rumahbunyi.com/2019/08/risalah-dan-bukan-risalah.html
https://www.rumahbunyi.com/
http://www.rumahbunyi.com/
http://www.rumahbunyi.com/2019/08/risalah-dan-bukan-risalah.html
true
2473427367586082924
UTF-8
Lihat Semua Tulisan Halaman Tidak Ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batalkan Hapus Oleh Home HALAMAN ARTIKEL LIHAT SEMUA ARTIKEL LAINNYA LABEL ARSIP PENCARIAN SEMUA TULISAN Tulisan yang Anda cari tidak ditemukan. Kembali Ke Beranda Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy Semua Code Pilih Semua Code Semua Code Telah Ter-copy Code/Teks Tidak Dapat Ter-copy, Silahkan Tekan [CTRL]+[C] (Atau CMD+C di Mac) Untuk Copy