Cerpen : Cafe yang Diwarnai (Iwan Djibran)

Foto diambil dari Halaman Facebook Penulis (Tanpa Konfirmasi)

Cerpen :  Cafe yang Diwarnai
 Oleh : Iwan djibran

Senin  Sore

Eyen' duduk di bangku kecil sambil melihat gelembung -gelembung kecil air yang buram dalam potongan drum bekas.

"PRESS BAN". Syukurlah ada di sekitar jalan by pass ini'  kalau tidak,  pasti Aku sudah press betis mendorong motor pakai sepatu hak tinggi ,  gumamnya dalam hati.
Enak juga menunggu ban ini selesai ditambal, sambil memandangi kapal-kapal nelayan yang menjadi latar alam, dari sederetan Cafe dengan nama nama yang diambil dari jenis-jenis Warna, yang teratur bersih dan rapi dipinggiran Teluk Kendari.

hmm... mereka memang kreatif dan tidak malu menjadi Pedagang pinggiran, Mereka memang harus berjuang, toh kebutuhan hidup hanya bisa dibeli pakai uang dan tidak bisa pakai malu!

Spontan benaknyapun ingin kreatif dan tidak malu untuk menggeliat nakal mengkhayalkan sebuah kisah.

***

Aku memulainya dari Cafe Pink dan Aku sengaja memesan sebotol minuman strawberry untuk memperjelas nuansa pink. Meneguknya dengan santai, merasakan manisnya  sambil menanti seorang lelaki yang baru kukenal seminggu lalu. Yaahh....sebaiknya dicoba saja, meskipun Ibar lebih tua 4 tahun dariku, mungkin ini sebuah kesempatan yang baik apalagi bagi gadis di usia 30'an sepertiku, yang hitam manis, bahenol tapi susah laku. 

Dia turun dari mobilnya' memakai grey jeans dan T'shirt hitam yang sedikit berdebu. Wajahnya memerah terpapar terik matahari dan sambil menyeka keringat yang masih membasah dilehernya, dia merapat mendekat akrab ditelingaku.
"Maaf kalau belum mandi, Aku langsung dari lokasi proyek "  bisiknya

-  Oh my hot, Bau tubuhnya sungguh laki-laki !
Ibar mengambil botol minumanku tanpa permisi, langsung meneguknya dengan nikmat.... tapi lantas terhenti sambil mulutnya mengecap-ngecap seakan ada sesuatu yang aneh.

Eyen : kenapa,  tidak enak ya ?
Ibar : ah bukan itu ,  Aku hanya sedang mencari-cari sebuah jawaban :
         "Mengapa rasa strawberry ini masih kalah manis dengan bekas bibirmu ?"
                  -  Oh my heart, Jangan larang Aku jatuh cinta pada lelaki yang puitis !



***

Rabu  Malam

Aku tidak terpikir untuk memesan jus alpukat, meskipun saat ini Ibar sedang mendekapku manja di sudut dermaga kecil Cafe Green.
Ibar : Yen, taukah kau perbedaannya lelaki dan wanita yang belum kawin tapi usia mereka diatas 30'an?
Eyen: apa ya........Aku lagi malas berpikir!
Ibar : perbedaannya, Wanita di usia itu hanya lebih senang menunggu jodohnya. Kalau laki-laki,  lebih senang mencari-cari wanita tapi malas mengurus jodohnya.
Eyen: apa kau juga begitu ?
Ibar : mungkin! karena bagiku, Cinta Tidaklah berkesan jika Tidak Liar !

Bagiku, ucapannya kali ini tak perlu kutanggapi , biarkan saja Bulan yang merekamnya. Aku tak mau kemanjaan dan kehangatan dekapan tubuhnya terganggu barang sesaatpun. Ibar memang lelaki yang romantis, Aku senang jika dia menjadi jodohku. Demikian semakin terasa ketika dia semakin erat mendekapku, lembut nafasnya membuat geli tengkuk leherku, apalagi telunjuknya semakin nakal membelai bulu-bulu halus di betisku.
                         -  Oh my cold, Pahaku mulai keringat dingin !



***

Sabtu malam

Aku mengajaknya ke Acara ' Malam Harga Promo'  dari Perusahaan Kartu Prabayar tempatku bekerja. Begitu banyak tamu yang hadir, bukan hanya para Distributor SeKota Kendari, tapi juga para remaja, pelanggan setia kami yang asyik menikmati hidangan gratis dan musik band Rock yang semakin lincah beraksi di panggung kecil Cafe Yellow.

Sekilas hadir perasaan bersalah karena tidak menemaninya sejak tadi. Aku larut dalam pada acara ini. Kulihat dia sedang menyaksikan penampilan band Rock. Apakah dia menyukai musik Rock ataukah dia hanya suka gabung nonton dengan gadis-gadis remaja yang hampir semuanya memakai rok mini? Aku tak punya waktu untuk cemburu, Aku terlalu sibuk malam ini.

Jam 12 malam acara selesai, Direktur pemasaran kami tersenyum puas karena 87% produk harga promo sudah laku dipesan oleh para Distributor. Tubuhku terasa lelah, kedua betiskupun terasa nyeri, Ibar membukakan pintu depan mobilnya tapi Aku malah masuk pintu lewat pintu belakang dan langsung meluruskan kakiku di atas jok kursi.

"Kamu mau makan durian ?"  tanya Ibar padaku, 
Diapun singgah membeli seikat durian lalu lanjut mengemudi menyusuri jalan sepanjang pinggrian by pass. Tidak lama kemudian, mobil tiba tiba berhenti. Ibar menepikan mobil di bawah pohon yang rimbun di samping tambak yang mengering.

Aku menikmati suasana yang sunyi dan berkabut ini, tak terasa sudah 7 biji durian kulahap sambil sesekali merasa kegelian karena Ibar dengan serius terus memijat-mijat betisku. " Betismu mulus "  katanya tanpa nafsu. Dia memang Lelaki yang penuh perhatian.
                  ' Percayalah sayang,  Aku takkan berpaling darimu meski Nabi Yusuf jatuh cinta Padaku '


Perlahan jemari Ibar menyentuh wajahku "Maaf, Aku ingin membersihkan bekas durian"  katanya. Diapun  membersihkan bekas durian di bibirku dengan bibirnya bukan dengan jemarinya.
Malam yang kabutpun merabun

Pohon yang rimbunpun berembun

Tambak yang keringpun berair

Ibar meniduriku di jok belakang mobil , Aku tak sanggup melarangnya, mungkin karena Aku kelelahan, mungkin karena Aku gadis diusia 30'an yang Bahenol tapi susah laku atau mungkin karena Aku terlalu banyak makan durian.
                        -  Oh my virgin,  Asmara ini tiba-tiba menjadi liar !
Tapi setidaknya, Aku sudah mengerti arti kata  "Tahengke-hengke"  yang pernah dikatakan oleh sahabat akrabku yang baru saja menikah.

*Tahengke-hengke = Ngos-ngosan


***

Dua minggu berikutnya,

Rabu, jam 10 malam


Ibar menelpon dengan suara yang terdengar susah.
Ibar : Yen, Aku tidak tau lagi caranya berbasa-basi. Kuyakin kita belum berjodoh, sebaiknya kita putus saja malam ini !!
Eyen : ada apa Ibar, kenapa kau tiba-tiba jadi kurang ajar begini? .....tapi baiklah jika itu memang kemauanmu. Hanya, Aku ingin mendengarkannya langsung dari mulutmu. kita ketemu malam ini juga !!

Aku memarkir motor di depan Cafe Blue, kulihat Ibar menanti dengan tingkah yang gelisah. Aku hanya duduk diam, tak bicara sepatah kata,  Ibar menenangkan dirinya lalu mencoba berkata dengan tegar :
" Yen, Sudah kukatakan tadi, Tuhan tidak menunjukku sebagai jodohmu, baiknya kita putuskan saja hubungan ini !!


Haruskah Aku berbicara ? Aku hanya bisa mengusap bening yang menetes dari mataku, dan itu sudah terbiasa bagi gadis 30”an yang jarang terpilih oleh perkawinan. Aku harus menuntut apa ?

Biarkan saja Bulan yang merekamnya .


***

Ahh !  Aku tak suka akhir yang begini,  Aku lebih suka Ending yang lebih menggigit !

Sebaiknya kuganti saja.

***

Rabu, jam 10 malam


Aku datang tidak sendirian, kuajak Kakakku dan 3 temannya yang preman lorong '  kami memarkir motor di samping Cafe. Aku menunggu Ibar di meja yang paling sudut. Kakakku bersama temannya berada di meja sebelah, wajah mereka terlihat merah'  mungkin  masih setengah mabuk atau mungkin karena sekarang mereka berada di Cafe Red.

Ibar turun dari mobil  dengan wajah yang kusut, berjalan lesu menuju ke arahku, lalu mengambil kursi, dan duduk di dekatku, sorot matanya masih menunjukkan bahwa dia pernah menjadi laki-laki bagiku.

Ibar : Eyen, tidak kupungkiri Aku sangat mencintaimu bahkan Aku sudah bertekad untuk memilihmu sebagai isteriku,  tapi.....Mala pacarku sudah positif hamil dan itu baru dikatakannya pagi tadi. Eyen,  Aku tetap akan bertanggung jawab padamu, seandainya kau mau bersabar untuk nanti menjadi isteri keduaku,
Eyen : hmm..  rupanya sekarang kau sudah pintar berbasa-basi! Aku segera berdiri mendekati Kakakku, membisikkan sesuatu' bola matanya menegang !
GUBBRAAKK ....3 preman lorong menendang meja, ganas memukuli Ibar babak belur biru lebam ciprat merah dari bibir dan hidungnya!  untung saja Aku sempat menahan tangan Kakakku, kalau tidak '  pasti Badiknya sudah membuat lobang merah di perut Ibar.
Wuufh.... Cafe Red hampir saja menjadi Benar-benar merah!. Kami beranjak meninggalkan tempat itu, sekilas Aku melirik dan berbisik ke arah Ibar yang terdiam kesakitan.
“Betul katamu sayang,  Cinta tidaklah berkesan jika tidak Liar “
***
Saya mengenal Eyen sejak 3 bulan lalu,bahkan 2 minggu pertama Saya sering singgah untuk mendengarkan curhat berdua di ruangan kantornya, Tapi baru pada Senin sore ini Saya begitu serius mengamatinya selama setengah jam dari kios, di sebelah jasa tambal ban. Rupanya sedari tadi Eyen tidak melihatku.

" okey dik, sudah selesai "  kata tukang tambal ban.
Eyen sedikit panik mencari-cari sesuatu dalam tas, Sayapun mendekatnya. kenapa yen ?
Eyen :  eh Kak Wawan...tidak knapa-napa,  sepertinya aku lupa dompetku di kantor.

Wawan : makanya jangan terlalu sering  mengkhayal !
Eyen  : siapa yang mengkhayal ?
Wawan : jangan bohong, dari tadi Saya perhatikan kamu senyum-senyum sendiri
Eyen  : Aku tidak mengkhayal, tapi lagi menikmati keindahan pniggir laut
Eyen :oh ya Kak,  tolong bayarkan ya !  Aku mau kembali ke kantor, mudah-mudahan dompetku tidak diambil orang,  daaah Kakak......
Wawan: daahh adek cantik...... 
***
Besok siangnya, Eyen menelpon dengan nada yang manja
Eyen : halo Kak,  ini hari tidak sibuk ya ?
Wawan : tidak,  memangnya kenapa ?
Eyen : saya ingin curhat lagi...
Wawan: yen, sebaiknya kamu curhat sama pacarmu saja
Eyen : aduuuhhh  Kakak ,  lupa ya? Kalau Aku ini gadis diusia 30'an yang hitam manis, Bahenol tapi susah laku...he.he.he
Wawan : kapan, dimana  ?
Eyen : sebentar sore di Cafe Pink,  daaahh  Kakak....... 



***

Di benak Eyen ,

Semoga Wawan tidak menjadi Lelaki seperti kisah karanganku .Sebagaimana Wawan belum mengatakan kalau istrinya mandul.                                                       

    =================
                                                                                                                                                           Pirla, 30 july 2011,


COMMENTS

"BELAJAR ITU SEUMUR HIDUP"
Banner99
Nama

--V,2,Ahmad Muthahier,1,Amrul Nasir,1,Andhika Mappasomba,5,Aprinus Salam,1,Azizaturahmi Madil,1,Bahasa,1,Bicara Buku,6,bookstore,1,buku,1,Celoteh,15,Cerpen,9,Citizenship,1,Citra Deviyanti,1,Cucum Cantini,2,Dwi Novita Rahayu,1,Essai,13,Ettanya Ain,12,Faika Burhan,1,Inspiratif,1,Iphy Nerazzurri,1,Irhyl Makkatutu,1,Ismail Fathar Makka,1,Iwan Djibran,1,Kendari,2,La Hingke,1,La Ode Gusman Nasiru,1,Lailatul Qadriani,6,Literasi,1,Muhammad Agung,2,Muhammad Yusuf Abdan,1,Novel,2,Nurul Mutmainnah,1,Pendidikan,2,Penerbitan,2,Puisi,5,Raya Pilbi,2,Reportase,13,Resensi Buku,1,Review,5,Ridwan Demmatadju,1,Salim Kramat Alverenzo,1,sastra,1,Sinopsis,1,SOGI,1,Sosial Budaya,1,sosial politik,2,Terbitan,19,Yusuf IW,1,
ltr
item
Rumah Bunyi : Cerpen : Cafe yang Diwarnai (Iwan Djibran)
Cerpen : Cafe yang Diwarnai (Iwan Djibran)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg45xq_uyeKhHeKDp8WjXd-HYw2mx5zu7T6yLB8xwaYVXyfNAVRS-rw8S_STWLH1AsNB0kvMkOAZO21TkBv9bAGcsuYQsRaLvVCDewegs2LL9dpTbI9I_IuslNw3w9V7pnAmq2Lj3BjqpQ/s320/FB_IMG_1520629628698.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg45xq_uyeKhHeKDp8WjXd-HYw2mx5zu7T6yLB8xwaYVXyfNAVRS-rw8S_STWLH1AsNB0kvMkOAZO21TkBv9bAGcsuYQsRaLvVCDewegs2LL9dpTbI9I_IuslNw3w9V7pnAmq2Lj3BjqpQ/s72-c/FB_IMG_1520629628698.jpg
Rumah Bunyi
https://www.rumahbunyi.com/2018/03/cerpen-cafe-yang-diwarnai-iwan-djibran.html
https://www.rumahbunyi.com/
http://www.rumahbunyi.com/
http://www.rumahbunyi.com/2018/03/cerpen-cafe-yang-diwarnai-iwan-djibran.html
true
2473427367586082924
UTF-8
Lihat Semua Tulisan Halaman Tidak Ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batalkan Hapus Oleh Home HALAMAN ARTIKEL LIHAT SEMUA ARTIKEL LAINNYA LABEL ARSIP PENCARIAN SEMUA TULISAN Tulisan yang Anda cari tidak ditemukan. Kembali Ke Beranda Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy Semua Code Pilih Semua Code Semua Code Telah Ter-copy Code/Teks Tidak Dapat Ter-copy, Silahkan Tekan [CTRL]+[C] (Atau CMD+C di Mac) Untuk Copy