Facebook : apa yang ada pikirkan?
Banyak hal yang saya pikirkan, masa lalu dan masa sekarang. Saya mencoba mengabaikan hal lain tentang masa depan.
Jadi begini,
Tadi siang, bersama Ain (nama anak saya) dan Ibunya, melakukan pencarian gawai terbaru yang terjangkau dan sesuai kebutuhan di beberapa tempat. Paling tidak, ada 4 toko yang kami masuki.
Senjata pamungkas saya (baca: gawai), pecah dan retak di beberapa bagian layarnya. Meskipun masih bisa digunakan, tentu saja akan sangat menggangu ketika ada beberapa huruf yang tidak jelas lagi jika sedang membaca ataupun mengetik. Hampir semua pekerjaan (belajar menulis dan berjualan buku) saya lakukan lewat gawai.
Di toko pertama dan kedua, sangat ramai, kami disambut dengan ucapan salam yang beragam namun dengan 1 pertanyaan yang sama. "cari HP apa pak?" serentak, ibarat jamaah sholat yang mengamini bacaan Alfatihah sang imam. Sambil tersenyum dan membujuk melalui tatapan.
Di toko itu, saya tidak menemukan yang sedang saya cari. Saya mencari tablet android xiaomi. Perjalanan kami lanjutkan, saya direkomendasikan oleh istri untuk langsung saja menuju mall Mandonga (semacam MTC dan Karebosi Link di Makassar) tapi tidak saya lakukan. Pada perempatan terakhir mendekati Mall Mandonga, saya berbelok ke kanan. Saya ingat, dua tahun lalu layar gawai istri saya juga sempat retak dan harus masuk tempat servis.
Berbekal ingatan itulah, saya kemudian membelokkan niat dari Mall Mandonga. Tak cukup beberapa menit dari pembelokan, saya mengenali ruko tempat servis gawai tersebut. Tak hanya servis, tempat tersebut juga melayani penjualan gawai berbagai merek.
Setelah memarkirkan motor, dan menaruh helm di jok. Kami memasuki ruko tersebut, letak etalase tak lagi sama seperti dua tahun silam. Mungkin bagian dari menyegarkan jualan. Tak seperti dua toko sebelumnya. Di sini kami tak disambut salam dan basa basi pramuniaga_tak jadi masalah sebenarnya bagi saya. Saya langsung menuju bagian servis, pramuniaga yang khusus ditempatkan pada layanan servis bekerja profesional. Ia menyampaikan bahwa ongkos mengganti layar gawai saya yang retak senilai 500 ribu rupiah. Saya urung melakukannya.
Beranjak dari bagian servis, saya menuju Ain dan Ibunya yang tengah melihat-lihat jejeran gawai terbaru. Di sampingnya, juga berdiri seorang Ibu yang tengah menggendong anak seumuran Ain. Posisi berdiri mereka bersebelahan. Istri saya khusyu' memperhatikan jejeran gawai merek Xiaomi, sedang perempuan di sebelahnya asik menanyakan harga iPhone terbaru.
Ada dua pramuniaga yang tengah berjaga di jejeran merek-merek tersebut. Yang satu perempuan berambut lurus hasil catokan sibuk memainkan mouse komputer. Seorang lagi, perempuan berkuncir kuda sedang melayani perempuan di samping istri saya. Saya turut bergabung, niat saya berubah_saya akan mengganti gawai baru saja.
Saya menarik kursi dan memilih duduk. Pilihan saya jatuh pada Xiaomi Redmi note 5A, saya menanyakan harga. Istri saya masih melihat lihat pilihan yang lain, perempuan di samping saya juga menanyakan harga iPhone X. Pramuniaga berkuncir kuda itu memberi harga untuk iPhone X, 17 juta rupiah. Saya diam menunggu. Istri saya lanjut bertanya. Pramuniaga berkuncir kuda masih setiap pada iPhone X. Saya sedikit mengeraskan suara, kembali menanyakan harga Xiaomi Redmi note 5A. Pramuniaga berkuncir kuda itu tetap tak merespon, saya masih bersabar, Lalu saya bertanya lagi, berapa mbak? Lalu setelahnya, saya mendapatkan respon yang tidak nyaman, seperti dinomorduakan karena nilai barang yang saya tanyakan jauh berbeda dengan yang di samping saya.
Istri saya melongo. Saya mengeraskan suara, menegur pramuniaga berkuncir kuda "mbak, saya sedang bicara! Kalau melayani tolong lakukan dengan ikhlas, bukankah sebaiknya saat kita sedang berkomunikasi, ada ketulusan dalam melakukannya!!!" Tak sempat menjawab, kami meninggalkan ruko tersebut. Di parkiran, istri saya berujar, "jelasmi na cuekinki, 17 juta ndaaak sebanding sama sejutaan lebih".
Motor lalu saya nyalakan. Ain asik tertidur dalam pelukan ibunya yang masih renyah menertawai kejadian tadi. Tepat pada ujung perempatan jalan, saya kembali membelokkan motor ke kanan dan lalu memarkirkannya tepat di depan sebuah ruko. Toko alat-alat motor. Saya mengingat macan, ia butuh gagang stir yang baru.
Baik, suatu hari, saya akan kesana lagi dengan mengendarai CB K2, dengan mesin bore_up 250 CC lengkap dengan setelan bikers pada umumnya.
COMMENTS