Syaifuddin Gani Full yang merupakan direktur Pustaka Kabanti dan juga adalah ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Sulawesi Tenggara 2 hari yang lalu bertemu dengan presiden Joko Widodo, bersama dengan 37 penggiat Literasi dari seluruh Indonesia.
Penggiat Literasi tersebut tergabung pada dua jejaring besar dalam kegiatan yang menggerakkan dan mendistribusikan buku bacaan dan kepenulisan. Jejaring Pustaka bergerak dan Forum Taman Bacaan Masyarakat. Gerakan dan orientasi adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan bacaan berupa buku buku, ada kesetaraan dalam Informasi serta ilmu pengetahuan. Meski metologi menggerakkannya sangat berbeda, tapi kedua jejaring ini mampu memaksimalkan gerakan yang dilakukannya.
Dalam diskusi yang dikemas dengan tema bincang sastra dan buku ini, dilaksanan oleh Komunitas Terumbu (Teras Rumah Bunyi) ini, mengangendakan hadirnya Direktur pustaka kabanti untuk berbagi informasi dan pengalaman tentang peristiwa literasi yang melibatkan presiden, ini adalah hal yang luar biasa, sebab presiden sebelumnya tidak pernah terlibat secara praktis atas kebijakannya yang berhubungan dengan literasi.
Ada beberapa poin penting yang menjadi saran dan rekomendasi yang dibahas dan diserahkan penggiat Literasi tersebut secara langsung kepada presiden. Yang pertama adalah tentang kebijakan untuk menghadirkan/mengirim buku buku sebanyak 10.000 eksamplar kesetiap titik. Tidak tersebutkan secara detail apakah titik itu adalah 38 sesuai penggiat Literasi yang diundang. Ataukah 38 titik itu yang kemudian menjadi mediator untuk mendistribusikan buku buku, ataukah ada metode yang lain, kita tunggu saja realisasi kebijakan tersebut dengan optimis, itu adalah rencana yang baik.
Hal yang kedua adalah, berdasarkan saran permintaan dari penggiat pustaka bergerak, presiden juga menyepakati Tetang kebijakan bebas pengiriman buku ke daerah melalui PT Pos. Sebulan sekali akan ada satu hari pengiriman buku secara gratis. Mahalnya biaya pengiriman baik itu buku atau barang lainnya, Menjadikan buku semakin susah untuk didistribusikan ke daerah daerah. Hal ini juga berdampak pada mahalnya buku buku yang tersedia di toko buku di daerah daerah.
Kebijakan tersebut adalah angin segar, adalah langkah maju untuk menopang dan mendukung upaya dari pustaka bergerak dan Forum Taman Bacaan Masyarakat menjadi lebih giat dalam mendistribusikan buku, menambah koleksi buku yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Ahid Hidayat, seorang akademisi dan juga budayawan kota Kendari, memberikan respon yang cukup menarik. Menambahkan gagasan tentang pentingnya saling berbagi/sharing buku antar daerah/ provinsi. Memberikan gambaran tentang model silang karya, buku dari penulis yang ada di sebuah kota di kirim ke kota lain. Dan begitu pun sebaliknya. Sehingga tidak sekedar membaca tapi lebih pada berbagi produk budaya dan kebudayaan. Buku adalah media untuk merawat budaya, saling berbagi informasi tentang hal hal demikian.
Hal lainnya adalah bahwa penekanan hadirnya negara dalam upaya mendukung kepenulisan, diharapkan juga dapat mengakomodir dan mengorbitkan penulis penulis lokal yang memiliki kualitas dalam hal tulisan, ada semacam tim kurasi untuk 10. 000 judul buku yang didistribusikan ke seluruh daerah tersebut. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi media mendistribusikan karya yang berkualitas, bukan sekedar program yang menjadi proyek dalam kacamata finansial. Harus ada yang bisa menakar dan menjamin kualitas pelaksanaan kebijakan tersebut.
Sulawesi tenggara harus hadir untuk mewujudkan dan ikut mencerdaskan bangsa. Dalam gerakan sosial, gerakan kebudayaan. Dan untuk mewujudkan hal tersebut penting adanya pemahaman dan langkah untuk saling menopang antar personal maupun antar komunitas atau lembaga yang memiliki keterkaitan. Dukungan menjadi penting bagi hal hal yang bergerak dan melakukan hal baik dan kebaikan.
COMMENTS