Essai : Politik Tubuh dan Sastra Perempuan

POLITIK TUBUH dan SASTRA PEREMPUAN
OLeh : Nurlailatul Qadriani

Kondisi realitas yang semakin berkembang pada masa ini, adalah sebagai sebuah bentuk pola pikir yang semakin meluas dan bebas. Budaya hari ini semakin menampakkan perkembangannya, terlebih pada era yang serba maju atau yang lebih sering dikenal dengan era globalisasi. Budaya konsumerisme dan masyarakat hedonisme pun semakin tak terelakkan. Iklan-iklan berpacu untuk menarik perhatian masyarakat. Tidak jarang kemudian, iklan terselip di mana-mana, media cetak, elektronik, hingga di pinggir jalan. Masyarakat yang telah sejak awal dikonstruksi oleh pikiran konsumerisme mudah sekali tergoda oleh tampilan berbagai iklan itu.

Perkembangan berikutnya adalah dimulainya budaya politik tubuh. Perempuan, biasanya, dijadikan sebagai ’alat’ penarik perhatian. Dari sana muncul juga konsep kecantikan yang “dimatematikakan”, yaitu pola atau ukuran-ukuran kemolekan tubuh. Masyarakat pun mudah sekali tergoda oleh apa yang disajikan iklan, terutama bila bintang iklannya memiliki standar kecantikan yang terbangun dalam masyarakat.

Konstruksi pemikiran yang semacam itu semakin memberikan penegasan akan adanya unsur-unsur kepentingan dengan nuansa politik yang melingkupi tuntutan hidup kaum perempuan di zaman ini. Sadar atau tidak sadar, tuntutan untuk selalu tampil cantik dan menarik di depan publik memberikan banyak pengaruh pada segala sektor, utamanya perekonomian.

Tubuh Sosial dan Tubuh Fisik

Foucault memberikan gambaran akan adanya pengaturan politik tubuh melalui tubuh fisik. Menurutnya akar kekuasaan berada pada kekuasaan atas tubuh dan menjadi berkembang di dalam setiap aktivitas mikrofisika pada setiap institusi dalam politik tubuh. Menurutnya, masyarakat pada setiap esensinya bersifat disipliner. Momen historis disiplin adalah momen ketika seni tentang tubuh manusia lahir hingga terbentuk sebuah kebijakan pemaksaan atas tubuh, sebuah manipulasi yang telah diperhitungkan atas elemen-elemen, tingkah laku dan sikap-sikap tubuh.

Tubuh-tubuh yang ditawarkan oleh media adalah tak lain dari tubuh-tubuh yang telah dibentuk sedemikian rupa untuk mewakili gambaran kecantikan, dan tubuh perempuan sebagai bahan empuk untuk dijadikan sebagai penggambaran atau yang dianggap mampu mewakili bentukan-bentukan tubuh yang telah dikonstruksi oleh media sebelumnya. Kita tidak bisa memungkiri bahwa, pasar mendikte kita tentang sebuah ukuran kecantikan dan media memandang hal ini sebagai sebuah peluang besar. Banyak masyarakat beranggapan bahwa dengan cantik dan bertubuh kurus, seorang perempuan akan terlihat menarik  dan lebih percaya diri.

Tubuh terekonstruksi secara sosial oleh masyarakat dengan bermacam cara. Masyarakat dalam hal ini dibagi menjadi beberapa populasi yang berbeda-beda. Tubuh bukan hanya telah ada secara alamiah, akan tetapi juga telah menjadi sebuah kategori sosial dengan makna yang berbeda-beda yang telah dihasilkan dan dikembangkan oleh zaman. Tubuh juga mempunyai kekuatan untuk menyerap makna, yang juga tak bisa dihindari sarat dengan nuansa politis.

Semakin mendalamnya makna sosial akan ukuran kecantikan pada umumnya tidak hanya mempengaruhi persepsi tubuh secara umum, akan tetapi juga merambah pada bagian-bagian tubuh itu sendiri, seperti halnya pada wajah. Pencitraan kesempurnaan terhadap mata, hidung, bibir, dan dagu merekonstruksi pikiran-pikiran manusia utamanya perempuan sebagai objek kecantikan itu sendiri. Seorang artis misalnya, yang dianggap sebagai public figur harus selalu tampil sempurna dan menarik, bahkan mereka tidak segan-segan untuk melakukan bedah pelastik sekedar menyempurnakan apa yang mereka anggap kurang di tubuhnya. Ukuran kelebihan tidak terlepas dari persepsi-persepsi yang telah tumbuh sejak jaman kolonial. Selain itu, semakin meningkatnya kebutuhan perempuan akan kosmetik dan alat-alat rias adalah sebagai sebuah bukti bahwa perempuan pada khususnya memang dituntut untuk tampil estetik dan cantik demi sebuah penampilan diri secara fisik sebagai tuntutan pada fenomena sosial yang sedang tren. Pengaruh dari tuntutan tampil cantik hampir mempengaruhi semua sektor perekonomian, baik itu di bidang industri pakaian, penataan rambut, bedah plastik, makanan, fitnes, dan tentu saja tidak terlepas pada industri media dan periklanan.

Masyarakat membangun citra terhadap perempuan-perempuan yang cantik dan jelek. Standar kecantikan seorang perempuan dengan tampilan tubuh yang kurus, kaki yang jenjang dan rambut yang lurus serta kulit yang putih akan melahirkan kesan lebih lembut, baik hati, sensitif, menyenangkan, cerdas dan berjiwa sosial jika dibandingkan dengan mereka yang dinilai jelek oleh masyarakat dengan tampilan tubuh yang gemuk, berkulit hitam dan postur tubuh yang pendek. Hal ini justru membuktikan bahwa pengaruh dari sebuah penampilan fisik sangat dominan, semakin seseorang tidak menarik semakin besar kemungkinannya ia dinilai memiliki keanehan dan sakit atau bahkan sampai pada persepsi gangguan mental.

Diskriminasi estetik sejajar dengan diskriminasi gender, kelas dan ras, yang menyebar begitu luas dan secara tidak sadar telah menjadi sebuah norma budaya yang diterima begitu saja seolah hal tersebut lumrah adanya. Mitos kecantikan yang tak nampak secara kasat mata telah berpengaruh pada banyaknya investasi waktu, energi, uang, dan penderitaan dalam tuntutan akan sebuah kecantikan. Perempuan lebih mementingkan kecantinkan dibanding laki-laki. Mereka yang tidak puas dengan berat badan misalnya bisa saja melakuakan operasi sedot lemak yang sekarang ini semakin marak di kalangan masyarakat hedonis hingga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut akhirnya menjadikan mereka sebagai masyarakat konsumerisme.

Begitu banyaknya aturan dan syarat-syarat untuk menjadi cantik oleh kaum perempuan secara tidak sadar menjadikan mereka merasa perlu memenuhi kebutuhan akan tuntutan-tuntutannya yang lebih dianggap sebagai sebuah kebutuhan utama untuk dapat tampil di depan publik secara lebih menarik dan estetik. Sebuah bentukan persepsi yang lahir dari kolonialisme. Sehingga ketika perempuan memilih untuk bekerja di luar rumah atau sebagai seorang wanita karir, maka pada saat yang sama pula industri diet, pelangsing tubuh, dan perawatan kulit melingkupi perempuan, tidak hanya itu, industri mode juga menampilkan para model dengan tubuh yang amat kurus. Perempuan muda adalah yang cantik dan atraktif seperti yang ditawarkan industri perawatan kulit dan dengan serta-merta menyisihkan perempuan-perempuan yang berusia lanjut sebagai hal yang alamiah dan membuat mereka sebagai sosok yang bijaksana.

Bersambung ke bagian 2...

COMMENTS

"BELAJAR ITU SEUMUR HIDUP"
Banner99
Nama

--V,2,Ahmad Muthahier,1,Amrul Nasir,1,Andhika Mappasomba,5,Aprinus Salam,1,Azizaturahmi Madil,1,Bahasa,1,Bicara Buku,6,bookstore,1,buku,1,Celoteh,15,Cerpen,9,Citizenship,1,Citra Deviyanti,1,Cucum Cantini,2,Dwi Novita Rahayu,1,Essai,13,Ettanya Ain,12,Faika Burhan,1,Inspiratif,1,Iphy Nerazzurri,1,Irhyl Makkatutu,1,Ismail Fathar Makka,1,Iwan Djibran,1,Kendari,2,La Hingke,1,La Ode Gusman Nasiru,1,Lailatul Qadriani,6,Literasi,1,Muhammad Agung,2,Muhammad Yusuf Abdan,1,Novel,2,Nurul Mutmainnah,1,Pendidikan,2,Penerbitan,2,Puisi,5,Raya Pilbi,2,Reportase,13,Resensi Buku,1,Review,5,Ridwan Demmatadju,1,Salim Kramat Alverenzo,1,sastra,1,Sinopsis,1,SOGI,1,Sosial Budaya,1,sosial politik,2,Terbitan,19,Yusuf IW,1,
ltr
item
Rumah Bunyi : Essai : Politik Tubuh dan Sastra Perempuan
Essai : Politik Tubuh dan Sastra Perempuan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPu_-H_wzUNvC99WFOh0bH9GDnMUBSkLp7Z-toxE8rX7pxrZpSbKHQt2JoUMLnceMjT2A17Cr6t4io15JoeRKqXrWGdd2yFt7J-qrl-ebOsKnaoeYHUTYqsY0JqtthH907jZA_z7xo9lQ/s320/Screenshot_2018-02-27-00-53-45_1519664748054.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPu_-H_wzUNvC99WFOh0bH9GDnMUBSkLp7Z-toxE8rX7pxrZpSbKHQt2JoUMLnceMjT2A17Cr6t4io15JoeRKqXrWGdd2yFt7J-qrl-ebOsKnaoeYHUTYqsY0JqtthH907jZA_z7xo9lQ/s72-c/Screenshot_2018-02-27-00-53-45_1519664748054.jpg
Rumah Bunyi
https://www.rumahbunyi.com/2018/02/essai-politik-tubuh-dan-sastra-perempuan.html
https://www.rumahbunyi.com/
http://www.rumahbunyi.com/
http://www.rumahbunyi.com/2018/02/essai-politik-tubuh-dan-sastra-perempuan.html
true
2473427367586082924
UTF-8
Lihat Semua Tulisan Halaman Tidak Ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batalkan Hapus Oleh Home HALAMAN ARTIKEL LIHAT SEMUA ARTIKEL LAINNYA LABEL ARSIP PENCARIAN SEMUA TULISAN Tulisan yang Anda cari tidak ditemukan. Kembali Ke Beranda Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy Semua Code Pilih Semua Code Semua Code Telah Ter-copy Code/Teks Tidak Dapat Ter-copy, Silahkan Tekan [CTRL]+[C] (Atau CMD+C di Mac) Untuk Copy