Buku ini dimulai dengan sebuah persoalan yang rumit. Seorang dosen yang bernama Bluma Lennon ditabrak mobil saat sedang membaca satu eksemplar buku lawas Poems karya Emily Dickinson. Lantas lahirlah sebuah perdebatan hebat tentang apakah Bluma meninggal lantaran puisi, atau ditabrak mobil. Pembaca bisa mendebatkan ini.
Salah satu mahasiswi di tempat Bluma mengajar memberikan jawaban alternatif: setiap individu bebas memilih jawabannya masing-masing. Dan saya memilih sikap/jawaban seperti tokoh “Aku” di dalam cerita ini: “Memilih untuk tidak terlibat dalam perdebatan di atas” dan terus mengikuti jalannya cerita.
Beberapa hari setelah Bluma dikuburkan, sebuah paket berisi buku karya Joseph Conrad dikirim ke meja kerja Bluma. Sayang kiriman itu datang setelah orang yang dimaksudkan pergi untuk selama-lamanya. Alhasil, orang yang selanjutnya menerima buku itu ialah “aku” . “Aku” adalah pengganti Bluma Lennon dalam pekerjaan akademisnya.
Karena merasa bahwa buku yang dikirim itu salah alamat, maka “aku” berniat untuk mengembalikan buku itu pada pemiliknya. Setelah mengubungi beberapa kontak yang ia dapatkan dari arsip perjalanan Bluma melalui email, “Aku” kemudian mendapatkan kemana ia harus pergi untuk membawa buku itu.
Setelah hari liburnya tiba, “Aku” kemudian pergi menuju Buenos Aires untuk mengunjungi ibu dan teman-temannya. Banyak yang telah berubah dari kota itu. baik dalam hal pembangunan dann sosialnya. Beberapa kawanya memberi novel yang baru mereka terbitkan. Namun tak banyak yang mendiskusikan tentang itu, melainkan mendiskusikan hal lain. Dan pada bagian ini, “Aku” lebih mengkiritik teman-temannya yang hanya membuat karya sastra hanya untuk mendobrak tembok ketidakterkenalan.
Seminggu setelahnya, “Aku” menuju dermaga Montevideo. Di sana ia menemui seorang yang namanya ia dapatkan dari seorang penulis yang juga pergi ke Monterrey. Sayang tak terlalu banyak informasi yang ia dapatkan dari Jorge Dinarli. Jorge Dinarli hanya menyarankan untuk menghubungi dan membuat janji pertemuan yang lebih dekat dengan Carlos.
Selanjutnya pertemuan dengan Delgado diatur. “Aku” mengunjunginya di apartemennya. Maka di tempat itulah ”Aku” mendengar banyak tentang Carlos Brauer. Penjaga toko buku yang sebelumnya ditemui, mengatakan bahwa sebaiknya ia menaruh buku itu kembali. Dan setelah bercerita banyak dengan Delgado dan menunjukkan buku itu padanya, Delgado memutuskan untuk menghentikan pembicaraan dan menyarankan agar ia kembali membuat janji dengannya esok hari. Namun, setelah pertemuan itu Delgado tak bisa ditemui lagi.
Beruntung sebelum Delgado tak bisa lagi ditemui, “Aku” setidaknya mendapatkan detail alamat di mana ia bisa bertemu Carlos Brauer.
“Aku” memutuskan untuk menemui Carlos Brauer. Perjalanan yang jauh dan saat itu sedang memasuki musim penghujan.
Sesampainya di tempat itu, Carlos Brauer telah pergi. Tak ada yang tahu kemana ia selanjutnya, bahkan tetangganya. Dari kejauhan hanya terlihat empat tiang kayu yang masih berdiri kokoh. Bangunan itu tak lagi utuh. Temboknya tak lagi berdiri. Tembok rumah yang di bangun dari buku-buku koleksi Carlos Brauer itu akhirnya ambruk setelah ia berusaha mencari sebuah buku yang dikirimkan kepada almarhumah Bluma Lennon.
“Aku” akhirnya pulang kembali dengan buku itu setelah melihat banyak koleksi sastra dunia yang sebelumnya menjadi tembok kini telah terendam di dalam lumpur.
Sebelum cerita di dalam buku ini berakhir, tokoh “Aku” berkunjung ke makam Bluma Lennon untuk menabur bunga dan mengucapkan selamat berpisah dengan buku yang mengantarkannya menemui banyak absurditas di dalam dunia buku-buku. tentang bagaimana buku secara perlahan “menyusupi” hampir setiap ruangan di rumah Carlos Brauer, tentang bagaimana sulitnya Carlos Brauer membuat daftar yang memudahkannya untuk mencari salah satu dari koleksinya, dan selanjutnya daftar itu terbakar, atau tentang kesaksian salah salah seorang teman Delgado –yang juga teman Carlos Brauer- bahwa ia pernah, ketika bermaksud untuk ke kamar kecil, menemukan beberapa buku tersusun menyerupai bentuk badan manusia di atas ranjang. Namun, tak ada yang pernah tahu apa tubuh itu perempuan atau laki-laki. Pun tentang judul-judul buku itu. Setelah selesai menabur bunga dan meletakkan buku itu di atas makam bluma lennon, “Aku” kemudian membalik badan dan melangkah pulang.
Buku akhirnya berhasil mengubah takdir seorang Carlos Brauer. Pun sebaliknya, Carlos Brauer juga mengubah takdir buku-bukunya.
Penulis: Muhammad Agung
#RumahKertas
COMMENTS