Menerka Ketuhanan
Oleh : Muhammad Yusuf Abdan
Kita mulai hanyut dalam hening
Perlahan-lahan saling memperhatikan
Tanpa geming,
enggan beranjak dari perbedaan
Ada sesak yang tak bisa kita terjemahkan
Benar-benar terdiam di rongga dada
Hufft!!
Pelan-pelan,
getir mulai memburu di sepertiga jam diam kita
Sementara kita semakin terjatuh dalam dilema yang menikam
Tanpa ragu, kornea kita menjelma menjadi kolam tak ber_ikan
“APA MAUNYA TAKDIR!”
“MENGAPA HARUS AKU DAN KAU?"
“MENEPI KE MANA DOA YANG KERAP KAU DAN AKU MUNAJATKAN KEPADA TUHAN?”
Kali ini
Kita mengancing dekap
Dalam, dalam yang teramat dalam
Pada ketidakadilan kita mulai berontak
Pada perbedaan kau dan aku,
kita lacurkan diri kita semurah-murahnya untuk jatuh kedalam doa yang begitu khusyuk
Mengemis ijabah kepada Tuhanmu dan Tuhanku
“APA MAUNYA TAKDIR!?”
“MENGAPA HARUS AKU DAN KAU, DALAM KUASA-NYA KITA DIHABISI!?”
"PERBEDAAN, AQIDAH PUN KEYAKINAN,
SEMUA MESRA DALAM BINGKAI ALUR TAKDIR, TERSUSUN BEGITU KOYAK, MENCABIK RASA PUN MEMBEKAS LUKA”
Tuhan!
Telah kami ratukan ikhlas, namun bengis penolakan senyum gagah di jiwa
Telah kami rajakan kerelaan untuk bertahta di hati
Namun manis kasih sayang pada rasa yang ada,
enggan beranjak
“KEMANA KEADILAN YANG DI AGUNG-AGUNGKAN!”
“MENGAPA DENGAN KAMI, KEADILAN MENJADI TIRI, BISU DAN TULI!?”
Airmata deras mengalir di pelupuk
Keyakinan mulai menghantam diam kita
Tanpa ampun, menjatuhkan kita kedalam perbedaan
Lalu takdir begitu munafik
Melacurkan diri kita pada ikhlasnya sebuah perpisahan
Dalam, dalam,
Yang teramat dalam tatap diam kita
Tanpa geming dan tanpa ampun, memaksa aku dan kau menyerah kepada pembodohan atas nama KEYAKINAN
“APA MAUNYA TAKDIR!? APA MAUNYA TAKDIR!?”
Untuk kesekian kali kita berontak
Pada keyakinan yang mendogma
Didekap kita yang hablurkan airmata Pada tiap isaknya terpekik tali pengharapan
Namun tanpa ampun,
logika menjerumuskan kau dan aku
Menjatuhkan kita ke sisi-Nya
Jadilah diam kita adalah diam terakhir dimana matamu dan mataku menerawang jauh pada kehidupan yang tak ada kau dan aku
Genggam jemari kita lepas
Kaki kita melangkah penuh ambigu
Menuju dunia tanpa ada aku
Roda waktu yang menggilas menjadi saksi bisu tentang kita dan dunia tanpa kau
Hanya sesak yang tertinggal
Dan jutaan tanya yang bersarang di hati
***
Muhammad Yusuf Abdan adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari. Korespondensi dapat dilakukan melakum akun Facebooknya.
COMMENTS