Reportase Diskusi 3 Mei 2017
(Bagian 3 dari 4 Tulisan)
SubTema kedua :
Kritik/Apresiasi dan Produktifitas karya Sastra
Hal lainnya adalah, lemahnya tradisi kurasi atas tulisan tulisan yang selama ini ada dan diterbitkan di Kendari. Saat ini, kita dengan mudahnya dapat menerbitkan buku secara pribadi, ada akses yang terbuka ketika kita memiliki kemampuan finansial, dan ini bisa menjadi sebuah persoalan baru. Makanya kemudian, ada benarnya apa yang dituliskan oleh Maman s Mahayana tentang Puisi atau tulisan yang bertebaran di Media Sosial. Tapi tidak sepenuhnya benar, sebab tidak semuanya juga demikian.
Ilham Q Muhiddin mengemukakan bahwa semua orang berpotensi menjadi penulis tapi tidak semua orang bisa menjadi pencerita yang baik, terlebih lagi jika kita berharap bahwa cerita yang kita tulisan bermaksud untuk "memanggil" orang untuk membacanya.
Menulis itu adalah cara, dan salah satu cara menulis yang baik adalah bercerita dengan detil. Penulis novel Perempuan Wolio adalah seorang pencerita yang baik, memiliki kemampuan untuk mencocokkan satu cerita dengan bagian cerita yang lainnya. Tapi penekanannya tidak serta demikian saja.
Prosa meskipun sebuah fiksi penting untuk memiliki akurasi dan kejujuran atas data dan fakta yang diangkat ke dalam alur atau setting sebuah cerita. Dan Penulis Novel Perempuan Wolio melakukan kesalahan kecil dibagian ini. Ada ketidak cocokan cerita dengan logika tentang kondisi kebudayaan yang sedang diceritakannya.
Dan tentang logika peristiwa atau keadaaan sebuah kisah adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Misalnya tentang Alat ketukan pada pintu Rumah serta rumah batu (beton) yang digambarkan dalam cerita itu, faktanya kedua hal tersebut tidak ada pada budaya atau daerah yang sedang diceritakannya dalam Novel Tersebut.
seperti apa pentingnya ideologi dalam sebuah karya? Saya pikir ini menjadi hal yang penting untuk diuraikan, selain bahwa menulis adalah menulis, kita tidak bisa terus terusan abai pada semangat ideologi pada tulisan tulisan tersebut. Sebuah tulisan penting untuk berangkat dari sebuah ideologi yang kemudian bisa mewakili gagasan atas apa yang dituliskan.
Sudut pandang pembaca adalah sudut pandang yang luas, segala hal terbuka lebar untuk diurai satu persatu. Cakrawala demikian ini tidak dapat dipersalahkan sebab inilah yang disebut sebagai harapan atau ekspektasi dari pembaca. Pembaca adalah hakim tanpa palu, mengadili dan memberikan kesimpulan atas sebuah karya, terutama karya sastra.
Selain berinteraksi dengan karya penulis Kendari, kebanyak pembaca juga membaca karya karya yang dituliskan dari daerah lain, atau sangat mungkin negara lain. Ini soal kualitas, ini soal ekspektasi. Membaca adalah membandingkan kualitas dan sudut pandang. Yang tidak adil kemudian adalah ketika kita membandingkannya dengan karya karya yang lahir pada jaman dan situasi yang berbeda.
Tentang penulisan dan kepenulisan, di lingkungan kita hanya terbiasa dengan proses bagaimana menulis saja atau mungkin apa yang harus ditukiskan. Sehingga kemampuan menulis tidak dibarengi dengan wawasan yang cukup, objek dan tulisannya menjadi sempit.
Khasanah keilmuan dan pengetahuannya berputar pada pengalaman yang ada saja. Sehingga kebanyakan murni menjadi karangan saja. Menjadi tulisan saja. Tulisannya tidak memiliki roh dan ketertarikan untuk dijamah. Bahkan jika membaca pun, kita hanya dibuat tersesat dengan sajian informasi yang tanpa riset dan pendalaman atas konteks peristiwa yang dituliskan.
Makanya kemudian, forum forum diskusi menjadi penting untuk berproses atau bahkan "menguji" sebuah karya sastra atau buku. Kekurangan sangat mudah ditemukan, penulis harus berani menerima adanya perspektif yang berbeda.
Kritik adalah proses untuk menemukan hasil yang lebih baik. Kritik bukanlah batu sandungan untuk berhenti berkarya. Kritik itu adalah jalan untuk berproses dan menemukan potensi yang maksimal dalam berkarya dari segi kualitas dan pengaruhnya terhadap sosialitas.
Prasyarat sebuah kritik adalah dialektika yang dituliskan, bukan pernyataan lisan dan tidak bermaksud untuk menghancurkan atau bahkan membunuh semangat kepenulisan. Kritik adalah argumen yang dibangun dari kerangka teoritis dan bernuansa akademik. Kritik adalah ruang ilmiah yang berbentuk interaksi secara gagasan dan proses untuk menemukan nilai nilai yang universal. Kritik bukanlah hal yang bentuknya sentimentil atau berangkat dari like' atau dislike.
***
(Bagian 3 dari 4 Tulisan)
SubTema kedua :
Kritik/Apresiasi dan Produktifitas karya Sastra
Hal lainnya adalah, lemahnya tradisi kurasi atas tulisan tulisan yang selama ini ada dan diterbitkan di Kendari. Saat ini, kita dengan mudahnya dapat menerbitkan buku secara pribadi, ada akses yang terbuka ketika kita memiliki kemampuan finansial, dan ini bisa menjadi sebuah persoalan baru. Makanya kemudian, ada benarnya apa yang dituliskan oleh Maman s Mahayana tentang Puisi atau tulisan yang bertebaran di Media Sosial. Tapi tidak sepenuhnya benar, sebab tidak semuanya juga demikian.
Ilham Q Muhiddin mengemukakan bahwa semua orang berpotensi menjadi penulis tapi tidak semua orang bisa menjadi pencerita yang baik, terlebih lagi jika kita berharap bahwa cerita yang kita tulisan bermaksud untuk "memanggil" orang untuk membacanya.
Menulis itu adalah cara, dan salah satu cara menulis yang baik adalah bercerita dengan detil. Penulis novel Perempuan Wolio adalah seorang pencerita yang baik, memiliki kemampuan untuk mencocokkan satu cerita dengan bagian cerita yang lainnya. Tapi penekanannya tidak serta demikian saja.
Prosa meskipun sebuah fiksi penting untuk memiliki akurasi dan kejujuran atas data dan fakta yang diangkat ke dalam alur atau setting sebuah cerita. Dan Penulis Novel Perempuan Wolio melakukan kesalahan kecil dibagian ini. Ada ketidak cocokan cerita dengan logika tentang kondisi kebudayaan yang sedang diceritakannya.
Dan tentang logika peristiwa atau keadaaan sebuah kisah adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Misalnya tentang Alat ketukan pada pintu Rumah serta rumah batu (beton) yang digambarkan dalam cerita itu, faktanya kedua hal tersebut tidak ada pada budaya atau daerah yang sedang diceritakannya dalam Novel Tersebut.
seperti apa pentingnya ideologi dalam sebuah karya? Saya pikir ini menjadi hal yang penting untuk diuraikan, selain bahwa menulis adalah menulis, kita tidak bisa terus terusan abai pada semangat ideologi pada tulisan tulisan tersebut. Sebuah tulisan penting untuk berangkat dari sebuah ideologi yang kemudian bisa mewakili gagasan atas apa yang dituliskan.
Sudut pandang pembaca adalah sudut pandang yang luas, segala hal terbuka lebar untuk diurai satu persatu. Cakrawala demikian ini tidak dapat dipersalahkan sebab inilah yang disebut sebagai harapan atau ekspektasi dari pembaca. Pembaca adalah hakim tanpa palu, mengadili dan memberikan kesimpulan atas sebuah karya, terutama karya sastra.
Selain berinteraksi dengan karya penulis Kendari, kebanyak pembaca juga membaca karya karya yang dituliskan dari daerah lain, atau sangat mungkin negara lain. Ini soal kualitas, ini soal ekspektasi. Membaca adalah membandingkan kualitas dan sudut pandang. Yang tidak adil kemudian adalah ketika kita membandingkannya dengan karya karya yang lahir pada jaman dan situasi yang berbeda.
Tentang penulisan dan kepenulisan, di lingkungan kita hanya terbiasa dengan proses bagaimana menulis saja atau mungkin apa yang harus ditukiskan. Sehingga kemampuan menulis tidak dibarengi dengan wawasan yang cukup, objek dan tulisannya menjadi sempit.
Khasanah keilmuan dan pengetahuannya berputar pada pengalaman yang ada saja. Sehingga kebanyakan murni menjadi karangan saja. Menjadi tulisan saja. Tulisannya tidak memiliki roh dan ketertarikan untuk dijamah. Bahkan jika membaca pun, kita hanya dibuat tersesat dengan sajian informasi yang tanpa riset dan pendalaman atas konteks peristiwa yang dituliskan.
Makanya kemudian, forum forum diskusi menjadi penting untuk berproses atau bahkan "menguji" sebuah karya sastra atau buku. Kekurangan sangat mudah ditemukan, penulis harus berani menerima adanya perspektif yang berbeda.
Kritik adalah proses untuk menemukan hasil yang lebih baik. Kritik bukanlah batu sandungan untuk berhenti berkarya. Kritik itu adalah jalan untuk berproses dan menemukan potensi yang maksimal dalam berkarya dari segi kualitas dan pengaruhnya terhadap sosialitas.
Prasyarat sebuah kritik adalah dialektika yang dituliskan, bukan pernyataan lisan dan tidak bermaksud untuk menghancurkan atau bahkan membunuh semangat kepenulisan. Kritik adalah argumen yang dibangun dari kerangka teoritis dan bernuansa akademik. Kritik adalah ruang ilmiah yang berbentuk interaksi secara gagasan dan proses untuk menemukan nilai nilai yang universal. Kritik bukanlah hal yang bentuknya sentimentil atau berangkat dari like' atau dislike.
***
COMMENTS